Paling aku tidak mengerti
bagaimana mahu menyeru-Mu
jika nama juga hijab
antara Engkau dengan aku.
Engkau esa
tiada hijab menemani Mu
mana mungkin Engkau terhijab.
Berapa banyak hati sudah hancur
luluh
dalam merindui Mu
berapa banyak fikiran telah berkecai
dalam mencari Mu.
Engkau dekat
tetapi bila didekati Engkau menjauh
bila berhenti Engkau melambai
bila dikejar Engkau menjauh
kembali.
Bila aku di tangga rumah Mu
Engkau menutup pintu
bila aku undur
Engkau membuka jendela
bila aku mengintai
Engkau melabuhkan langsir.
Dalam kepayahan ini
daku perlukan penawar
penawar itu ada pada tangan Mu
namun aku malu menghulurkan
tanganku yang cemar
untuk disambut oleh tangan Mu
yang suci.
Aku tidak tergamak meminta
Engkau menjadi teman
kerana aku tidak pernah
membuktikan kesetiaan sebagai
sahabat
namun hatiku gila kepada Mu
tetapi aku malu memanggil Engkau
kekasih
kerana aku tersangat hodoh dan
hina.
Janganlah Engkau murka
lantaran si hodoh dan hina ini
mengasihi Mu.
Wajahku yang hodoh dan hina
tidak layak Engkau tatapi
Wajah Mu yang cantik berseri
tidak layak aku tatapi
di atas tangga rumah Mu aku terlena
dengan harapan mataku tidak
terbuka lagi
kerana aku tidak tahan merindui Mu.
Izinkan daku bermalam di tangga
rumah Mu
dan memejam mataku di situ
agar apabila Engkau membuka pintu
Engkau memandang kepada ku
walaupun daku tidak memandang
kepada Mu.
Total Tayangan Halaman
Category
- aku (15)
- catatan teman (32)
- kahlil gibran (5)
- korban cinta (2)
- maron probolinggo (1)
- puisi cinta (26)
- sufi (22)
tentang saya
Selasa, 26 Oktober 2010
jalaludin rumi 2
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komen:
Posting Komentar